Pentas akbar sepakbola dunia empat tahunan sudah resmi dihelat dini hari tadi waktu indonesia. Disusul pertandingan perdana antara Brazil melawan Kroasia yang berkesudahan 3-1 untuk tuan rumah. Semua mata penggila bola menatap Brazil. Secara langsung maupun hanya lewat layar kaca. Tak terkecuali Indonesia. Beda waktu yang rata-rata 12 jam akan mengubah waktu tidur pecinta bola tanah air. Masyarakat yang sedang panas dengan hiruk-pikuk politik ditambahi dengan tontonan sepakbola kelas dunia. Kalau berita politik paling-paling sampai tengah malam selesai kemudian tidur, namun kali ini diiming-imingi tontonan di dini hari sampai pagi. Kalau tubuh tidak fit apalagi banyak pikiran politik yang menguras tenaga dan pikiran, silahkan demam beneran.
Pastinya keramaian perhelatan ini tak kalah dengan panasnya politik tanah air. Bedanya mungkin hanya satu, tak ada kampanye hitam, haha (ngapain juga harus kampanye ya?). Karena pertandingan yang terus bergulir, begitu selesai satu pertandingan disusul pertandingan lain yang tak kalah seru lagi dan begitu seterusnya. Tak perlu ada wasit yang mengawasi 24 jam nonstop, pengadil cukup turut serta berlari-lari sepanjang 90 menit saja, selebihnya biar para pecinta bola yang membahasnya. Satu lagi yang penting dan yang lebih penting, yakni tidak berefek dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara lima tahun kedepan. Istilah jaman sekarang 100% hiburan, syarat dan ketentuan berlaku.
Memang ada sebagian penggila bola yang fanatik terhadap negara-negara tertentu yang dikagumi atau negara yang menjadi langganan jawara yang suka memanas-manasi aka psywar dengan lawan sebelum tanding. Itu biasa saja. Sekedar membuat seru pertandingan atau memang ada sesuatu dibaliknya. Tak bisa dipungkiri acara semacam ini mendorong bisnis terlarang menghadirkan diri, memfasilitasi para mania-mania bola yang tak sekedar nonton untuk hiburan. Baik secara online yang omzetnya besar atau sekedar penyemangat saat nonton bareng di warung-warung atau tempat nongkrong publik. Hanya saja ini sebaiknya tidak dilakukan karena melanggar hukum, tapi kalau memang kebiasaan? Masa ya kebiasaan tak baik terus dipiara? Tapi ya monggo saja, terserah, ada pepatah sepandai-pandainya tupai melompat jatuh juga. Masa ya nunggu jatuh. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, bisa saja sudah kalah ketangkap polisi lagi. Kan bikin dobel demam tuh hehe.
Oke, ternyata sampai disini sudah dapat dua demam. Begitu dahsyatnya acara akbar ini. Last, demam yang satu ini beneran. Bulannya Juni sampai Juli, di Indonesia memasuki musim kemarau, matahari sudah menyeberang ke utara katulistiwa, angin bertiup lebih kencang meski cenderung kering, tapi dinginnya menusuk tulang bro! So, waspada serangan angin beneran, masuk angin juga bisa bikin demam haha (bisa beneran enggak ya). Pasti dalam sebulan kedepan dua perhelatan besar ini jelas bisa bikin demam beneran. Persiapan jelas dibutuhkan agar kenyamanan tidak terganggu. Betul?
By the way, tim negara mana jagoan kamu? Kalau aku menjagokan Brazil kali ini. Kenapa pilih Brazil? Poin utama karena tuan rumah terutama kenal medan dan dukungan penonton, selain itu negara Brazil adalah negara paling banyak juara dunia, pemain-pemainnya bagus-bagus sebut saja oscar, neymar, marcello, hernanes yang tentu terkenal, dan juga pelatih kenamaan luiz filipe scolari. Kita tidak menafikkan juara bertahan Spanyol, atau kandidat kuat lain seperti Italia, Argentina, ataupun Jerman yang langganan juara alias spesialisasi kejuaraan semacam ini. Tapi tahun ini sepertinya tahunnya Brazil kembali juara setelah dilewati Italia dan Spanyol di dua helatan terakhir. Bagaimana dengan kamu?
-----
Sent from my BlackBerry®
Jumat, Juni 13, 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
Londo menggila
Iyo, juara bertahan strateginya terbongkar. Kalah telak
kalo demam minum parasetamol saja
wkwkwk boleh-boleh hehe
Posting Komentar